Pemuda Yang Mendapatkan Naungan Allah Ta’ala

on Jumat, 24 Oktober 2014
Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Makaini merupakan nikmat besar dari Allah Ta’ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridhaAllah Ta’ala. Dan sebagimana nikmat-nikmat besar lainnya dalam diri manusia, nikmat inipun nantinya akan dimintai pertanggung jawaban di hadapanAllah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman
,
{أَلا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْمَبْعُوثُونَ. لِيَوْمٍ عَظِيمٍ. يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
Tidakkah mereka itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,pada suatu hari yang besar (dasyat), (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (Allah Ta’ala)” (QS al-Muthaffifiin: 4-6).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akanbergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah,
pada hari kiamat (nanti), sampaidia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentangumurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana dimengamalkan ilmunya”[1].
Akan tetapi bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang ini sering menyebabkan dia mengalami keguncangan dalam hidup danberusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut[2].
Dalam kondisi seperti ini, tentu peluang untuk terjerumus ke dalam keburukan dan kesesatan yang dibisikkan oleh setan sangat besar sekali, apalagi Iblis yang telah bersumpah di hadapan Allah Ta’ala bahwa dia akanmenyesatkan manusia dari jalan-Nya dengan semua cara yang mampu dilakukannya,tentu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Allah Ta’ala berfirman,
{قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِيلأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْوَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْشَاكِرِينَ}
Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, sayabenar-benar akan (menghalangi-halangi) manusia dari jalan-Mu yang lurus.Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, darikanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan merekabersyukur (taat)” (QS al-A’raaf: 16-17).
Di sinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk yang diturunkanoleh Allah Ta’ala kepada umat manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka di dunia dan akhirat.
Agama Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mentalpara pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah para pemeran utama di masa mendatang, dan mereka adalah pondasi yang menopang masa depan umat ini.
Oleh karena itulah, banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam yang menghasung kita untuk membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah, dan generasi tua akan digantikan dengan generasi muda yang shaleh, insya Allah[3].
Pemuda yang dijanjikan akan mendapatkan naungan Allah Ta’ala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُفِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»
Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan(Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya:…Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah…”[4].
Hadits yang agung ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi seorang pemuda muslim sekaligus menjelaskan keutamaan besar bagi seorang pemuda yang memiliki sifat yang disebutkan dalam hadits ini.
Syaikh Salim al-Hilali berkata: “(Hadits ini menunjukkan) keutamaan pemuda yang tumbuh dalam dalam ketaatan kepada Allah, sehingga dia selalu menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan”[5].
Imam Abul ‘Ula al-Mubarakfuri berkata: “(Dalam hadits ini) Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam mengkhusukan (penyebutan) “seorang pemuda” karena (usia)muda adalah (masa yang) berpotensi besar untuk didominasi oleh nafsu syahwat,disebabkan kuatnya pendorong untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorangpemuda, maka dalam kondisi seperti ini untuk berkomitmen dalam ibadah(ketaatan) kepada Allah (tentu) lebih sulit dan ini menunjukkan kuatnya (nilai)ketakwaan (dalam diri orang tersebut)”[6].
Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّلَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ»
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorangpemuda yang tidak memliki shabwah”[7].
Artinya: pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan diamembiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhikeburukan[8].
Inilah sosok pemuda muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala danpandai mensyukuri nikmat besar yang Allah Ta’ala anugrahkan kepadanya,serta mampu berjuang menundukkan hawa nafsunya pada saat-saat tarikan nafsusedang kuat-kuatnya menjerat seorang manusia. Ini tentu merupakan hal yangsangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian Allah Ta’alamemberikan balasan pahala dan keutamaan besar baginya.
Bimbingan Islam untuk meluruskan akhlak para pemuda
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin berkata, “Sesungguhnya sebab-sebab(yang mendukung terjadinya) penyimpangan dan (banyak) masalah (di kalangan)para pemuda sangat banyak dan bermacam-macam, karena manusia di masa remajaakan mengalami pertumbuhan besar pada fisik, pikiran dan akalnya. Karena masaremaja adalah masa pertumbuhan, sehingga timbullah perubahan yang sangat cepat(pada dirinya). Oleh karena itulah, dalam masa ini sangat dibutuhkantersedianya sarana-sarana untuk membatasi diri, mengekang nafsu dan pengarahanyang bijaksana untuk menuntun ke jalan yang lurus”[9].
Kemudian syaikh al-‘Utsaimin menjelaskan sebab-sebab yang harus ditempuhuntuk memperbaiki ahklak para pemuda berdasarkan petunjuk agama Islam[10], diantaranya adalah:
1. Memanfaatkan waktu luang secara maksimal
Waktu luang bisa menjadi penyakit yang membinasakan pikiran, akal danpotensi fisik manusia, karena diri manusia harus beraktifitas dan berbuat. Jikadiri manusia tidak beraktifitas maka pikirannya akan beku, akalnya akan buntudan aktifitas dirinya akan lemah, sehingga hatinya akan dikuasaibisikan-bisikan pemikiran buruk, yang terkadang akan melahirkan keinginan-keinginanburuk…
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَاكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ»
“Ada dua nikmat (dari Allah Ta’ala) yang kurang diperhatikan olehbanyak manusia (yaitu) kesehatan dan waktu luang”[11].
Untuk mengatasi hal ini, hendaknya seorang pemuda berupaya (untuk mengisiwaktu luangnya) dengan kegiatan yang cocok (dan bermanfaat) untuknya, sepertimembaca, menulis, berwiraswasta atau kegiatan lainnya, untuk menghindarikekosongan aktifitas dirinya, dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yangberbuat (kebaikan) untuk dirinya dan orang lain.
2. Memilih teman bergaul yang baik
Hal ini sangat mempengaruhi akal, pikiran dan tingkah laku para pemuda. Olehkarena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
المرء على دين خليله، فلينظر أحدكممن يخالل
“Seorang manusia akan mengikuti agama teman dekatnya, maka hendaknya salahseorang darimu melihat siapa yang dijadikan teman dekatnya”[12].
Dalam hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yangburuk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kiir(tempat menempa besi), maka penjual minyak wangi bisa jadi dia memberimu minyakwangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akanmencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kiir (tempatmenempa besi) bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamuakan mencium aroma yang tidak sedap darinya”[13].
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul denganorang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya, karena pengaruh baik yangditimbulkan dengan selalu menyertai mereka, sekaligus menunjukkan laranganbergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karenapengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka[14].
Oleh karena itu, hendaknya seorang pemuda berusaha mencari teman bergaulorang-orang yang baik dan shaleh serta berakal, agar dia bisa mengambil manfaatdari kebaikan, keshalehan dan akalnya. Maka hendaknya seorang pemuda menimbangkeadaan orang-orang yang akan dijadikan teman bergaulnya, dengan menelitikeadaan dan akhlak mereka.
3. Memilih sumber bacaan yang baik dan bermanfaat
Mengkonsumsi sumber-sumber bacaan yang merusak, baik berupa artikel, suratkabar, majalah dan
lain-lain, akan menyebabkan pendangkalan akidah dan agamaseseorang, serta menjerumuskannya ke dalam jurang kebinasaan, kekafiran dankeburukan akhlak. Khususnya jika pemuda tersebut tidak memiliki latar belakangpendidikan agama yang kuat dan pola pikir yang benar untuk dapat membedakanantara yang benar dan yang salah, serta yang bermanfaat dan membinasakan.
Untuk mengatasi masalah ini, hendaknya seorang pemuda menjauhi sumber-sumber bacaan tersebut, dan beralih kepada sumber-sumber bacaan lain yang akanmenumbuhkan dalam hatinya kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu‘alaihi wa sallam, serta menyuburkan keimanan dan amal shaleh dalamdirinya. Dan hendaknya dia bersabar dalam melakukan semua itu, karena hawanafsunya akan menuntut dia dengan keras untuk kembali membaca bacaan-bacaanyang telah biasa dikonsumsinya, dan menjadikannya bosan serta jenuh untukmembaca bacaan-bacaan lain yang bermanfaat. Ibaratnya seperti orang yangberusaha melawan hawa nafsunya untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah, tapinafsunya enggan dan selalu ingin melakukan perbuatan yang sia-sia dan salah.
Sumber bacaan bermanfaat yang paling penting adalah al-Qur’an dankitab-kitab tafsir yang berisi riwayat-riwayat tafsir yang shahih danpenafsiran akal yang benar. Demikian juga hadits-hadits Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam, kemudian kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama ahlussunnah berdasarkan dua sumber hukum Islam ini.
Wallahu'alam
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

0 komentar:

Posting Komentar